Jenis-Jenis Tanah di Indonesia

Jenis-Jenis Tanah di Indonesia

        Tanah adalah lapisan sangat luas menutupi permukaan bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik. Tanah terbentuk dari proses pelapukan batuan dengan bantuan organisme yang terjadi dalam waktu lama bahkan hingga ratusan tahun. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai pedogenesis. Keberadaan tanah sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk lain karena berperan sebagai lahan untuk hidup. Di Indonesia terdapat banyak jenis tanah yang dapat ditemukan. Hal ini dipengaruhi oleh letak astronomis dan geografis negara ini. Tak heran jika kita bisa menjumpai jenis tanah yang berbeda di satu tempat dengan yang lainnya.

Berikut ini jenis-jenis tanah yang ada di Indonesia

1. Tanah Latosol
        Tanah latosol adalah jenis tanah yang terbentuk akibat pelapukan bahan induk batuan tufa vulkanik. Tanah jenis ini banyak terbentuk di wilayah beriklim basah dengan curah hujan antara 2.000-7.000 mm per tahun. Tanah latosol memiliki sifat tahan terhadap erosi dan memiliki produktivitas sedang hingga tinggi. Selain itu, tanah ini banyak digunakan untuk persawahan, penanaman palawija, dan perkebunan.Persebaran tanah latosol mencakup di berbagai wilayah seperti Jawa, Bali, Sumatra, Kalimantan, Maluku, dan Papua.

2. Tanah Podsolik Merah Kuning
        Tanah podsolik merah kuning adalah tanah yang berasal dari hasil pelapukan batuan tufa vulkanik, endapan vulkanik, batu pasir, dan pasir kuarsa yang bersifat asam.Tanah podsolik terbentuk di wilayah dengan curah hujan tinggi antara 2.500-3000 mm per tahun. Sifat tanahnya peka terhadap erosi dan memiliki produktivitas rendah sampai sedang.Oleh karena itu, tanah podsolik banyak digunakan untuk persawahan, perladangan, kebun karet, kopi, dan kelapa sawit.
Tanah jenis ini banyak tersebar di wilayah Jawa Barat, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua.

3. Tanah Mediteran
        Tanah mediteran adalah jenis tanah yang terbentuk akibat pelapukan bahan induk batuan kapur, batuan sedimen, dan batuan tufa vulkanik. Tanah mediteran banyak terbentuk di wilayah yang memiliki curah hujan 800-2.500 mm per tahun. Biasanya, tanah jenis ini terdapat di atas ketinggian sekitar 0-400 m. Sifat dari tanah mediteran sangat rentan terhadap erosi dan memiliki produktivitas rendah hingga sedang. Di Indonesia, luas keseluruhan tanah ini kurang lebih tujuh juta hektare.

4. Tanah Aluvial
        Tanah aluvial adalah tanah yang proses terbentuknya akibat proses pengendapan bahan-bahan yang dibawa oleh aliran sungai. Bahan-bahan tersebut nantinya diendapkan ketika arus sungai melambat di wilayah yang datar. Sifat tanah aluvial sangat subur dan peka terhadap erosi. Tanah aluvial banyak ditemukan di hampir seluruh wilayah Indonesia, terutama di sepanjang daerah aliran sungai.

5. Tanah Andosol
        Tanah andosol adalah jenis tanah dari pelapukan batuan induk tufa dan abu vulkanik. Selain itu, tanah jenis ini terbentuk di wilayah yang memiliki curah hujan antara 2.500-7.000 mm per tahun. Sifat tanah andosol sangat peka terhadap erosi dan memiliki produktivitas sedang hingga tinggi. Tanah andosol banyak digunakan untuk penanaman sayuran, kopi, buah-buahan, teh, kina, dan pinus.

6. Tanah Podsol
        Tanah podsol adalah jenis tanah yang terbentuk akibat pelapukan batuan tufa vulkanik dan pasir kuarsa. Tanah podsol bersifat peka terhadap erosi dan memiliki produktivitas rendah. Biasanya, tanah jenis ini ditemukan di wilayah dengan ketinggian 0-2.000 m di atas permukaan laut.
Di Indonesia, luas keseluruhan tanah podsol kurang lebih lima juta hektar dan jenis tanah ini sering kali digunakan untuk perladangan dan perkebunan lada.

7. Tanah Regosol
        Tanah regosol adalah jenis tanah dari pelapukan batuan yang mengandung abu vulkanik, pasir pantai, dan napal. Jenis tanah regosol ini terdapat di wilayah-wilayah dengan ketinggian 0-2.000 m di atas permukaan laut. Tanah regosol memiliki sifat rentan terhadap erosi dan memiliki produktivitas rendah sampai tinggi. Tanah jenis regosol umumnya digunakan untuk persawahan, perkebunan, dan penanaman palawija.

8. Tanah Grumosol
        Tanah grumosol adalah jenis tanah yang terbentuk akibat pelapukan batuan naval, tanah liat, dan tufa vulkanik. Jenis tanah grumosol biasanya ditemukan di wilayah yang memiliki ketinggian 0-200 m di atas permukaan laut. Sifat tanah grumosol ini peka terhadap erosi dan memiliki produktivitas rendah hingga sedang. Tanah grumosol banyak dimanfaatkan penggunaannya untuk palawija, tegalan, tebu, kapas, hingga hutan jati.

9. Tanah Rensina
        Jenis tanah di Indonesia selanjutnya ada tanah rensina yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan kapur. Lapisan yang dimiliki tanah rensina ini sangat tipis. Oleh karena itu, tanahnya sangat peka terhadap erosi dan memiliki produktivitas relatif rendah. Biasanya, tanah jenis rensina kerap digunakan untuk keperluan tegalan, padang rumput, dan hutan jati.

10.Tanah Gambut (Organol)
        Tanah gambut atau organol adalah jenis tanah yang terbentuk dari bahan induk dan mengandung bahan organik dari hutan gambut serta tanaman rawa. Jenis tanah organol banyak terbentuk di wilayah yang memiliki curah hujan lebih dari 5.000 mm per tahun. Selain itu, produktivitas tanah ini adalah rendah.

11.Tanah Glei Humus
        Tanah glei humus adalah jenis tanah yang terbentuk dari hasil endapan bahan aluvial di wilayah yang memiliki curah hujan lebih dari 1.500 mm per tahun. Jenis tanah glei humus ini memiliki produktivitas rendah.mSebagian besar persebaran tanah glei humus ini berada di dataran rendah yang berawa-rawa. Tanah ini kerap digunakan untuk persawahan pasang surut dan persawahan rawa.

12.Tanah Litosol
        Tanah litosol adalah jenis tanah dari pelapukan batuan yang belum sempurna sehingga sulit ditanami oleh tumbuh-tumbuhan. Sebagian besar tanah ini tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya. Namun, ada beberapa bagian jenis tanah litosol yang masih bisa digunakan untuk menanam tanaman keras, tegalan, dan palawija.

13.Tanah Hidromorf Kelabu
        Jenis tanah hidromorf kelabu terbentuk dari pelapukan batuan tufa vulkanik asam dan batu pasir. Tanah hidromorf banyak ditemukan di wilayah yang memiliki curah hujan lebih dari 2.000 mm per tahun. Sifat dari tanah ini adalah peka terhadap erosi dan memiliki produktivitas rendah sampai sedang. Jenis tanahnya banyak digunakan untuk persawahan dan palawija, hingga bahan pembuatan batu bata serta genting.

14.Tanah Planosol
        Tanah planosol adalah jenis tanah yang terbentuk dari pelapukan batuan endapan di dataran rendah yang banyak mengandung bahan aluvial. Jenis tanah planosol banyak ditemui di wilayah yang memiliki ketinggian 0-50 m di atas permukaan laut yang memiliki curah hujan kurang dari 2.000 mm per tahun. Sifat dari tanah planosol memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap erosi. Selain itu, produktivitasnya pun rendah dan biasanya digunakan untuk persawahan tadah hujan dan tegalan.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama